Kopetnews.id Mirisnya kondisi perekonomian para pengrajin terompet sangat menyentuh hati. Subagyo (45), pedagang terompet yang sudah belasan tahun menekuni usaha ini hanya bisa memiliki penghasilan sekali dalam 1 tahun. Dari hasil penjualan terompet, Pak Subagyo harus menghidupi keluarganya untuk 364 hari kedepan. Di ketahui terompet yang di jual oleh Pak Subagyo tidak mengeluarakan bunyi layaknya terompet biasa, ia telah memodifikasi terompetnya dengan pita suara buatan sehingga saat terompet di tiup yang keluar adalah suara rakyat yang tak pernah di dengar.
Melihat fenomena tersebut, pemerintah Uganda berjanji akan lebih memperhatikan nasib para pengrajin terompet di negaranya. Petisi dan usulan ke PBB pun mulai di suarakan, Pemerintah Uganda menyuarakan agar perayaan malam pergantian tahun baru di ganti menjadi perayaan malam pergantian bulan baru agar pedagang kecil seperti penjual jagung, arang, dan terompet lebih mendapat perhatian khusus dari masyarakat sekitar. Selain itu tanggal 1 di awal bulan juga rencananya akan menjadi tanggal merah demi memeriahkan acara pergantian bulan.
Warganet +62 yang mengetahui kabar tersebut pun tidak menyetujui atas usulan dari pemerintah Uganda tersebut. Mereka menolak keras mengenai perayaan pergantian bulan baru di setiap awal bulan. Menurut Warganet +62 seharusnya perayaan tersebut di rayakan setiap pergantian minggu!!